Mengenal Upacara Adat Ruwatan di Jawa
Upacara adat Ruwatan merupakan bagian dari kearifan lokal yang diwariskan oleh masyarakat Jawa. Menurut pakar budaya Jawa, Dr. Suharno, upacara ini dilaksanakan untuk "menyucikan" atau “melarutkan” kesialan yang dialami oleh seseorang atau kelompok. Biasanya, Ruwatan dilangsungkan bagi mereka yang memiliki nasib kurang baik, seperti yang lahir pada hari Selasa Kliwon atau yang sering mengalami kecelakaan.
Pada dasarnya, upacara Ruwatan bertujuan untuk menangkal kesialan dan membawa kebahagiaan bagi kehidupan peserta upacara. Prosesi ini mencakup serangkaian ritual mulai dari pembacaan mantra-mantra, pengorbanan ayam, hingga pembacakan cerita rakyat Jawa, yaitu Panji Kuda Sembrani. Dalam budaya Jawa, ritual ini dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi dan mendalam.
Menggali Lebih Dalam Keistimewaan dan Makna Upacara Adat Ruwatan
Dari segi keistimewaan, Ruwatan bukan hanya ritual penyucian, namun juga bentuk interaksi antara manusia dan Tuhan, serta manusia dengan alam sekitarnya. Seperti yang diutarakan oleh Prof. Dr. Sumanto Al Qurtuby, seorang antropolog, "Ruwatan adalah cara manusia berkomunikasi dengan Tuhan dan alam, memohon keselamatan serta kesejahteraan."
Digarap dengan penuh simbolisme, setiap elemen dalam Ruwatan memiliki makna tertentu. Misalnya, penggunaan ayam dalam ritual pengorbanan simbolisasi dari semangat hidup. Sedangkan, cerita rakyat yang dibacakan bertujuan untuk memberikan pelajaran moral dan spiritual kepada peserta upacara.
Lebih jauh lagi, Ruwatan juga menjadi bentuk penghargaan dan pelestarian budaya Jawa. Upacara ini mengajarkan tentang keseimbangan hidup, keharmonisan, serta rasa hormat kepada Tuhan dan lingkungan. Dengan demikian, Ruwatan bukan sekadar ritual, tetapi juga refleksi dari kearifan dan filosofi hidup masyarakat Jawa.
Membahas Ruwatan, tentu tak lengkap tanpa menyentuh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selain nilai spiritual, ada juga nilai kebersamaan, kerendahan hati, dan kesadaran akan takdir. Nilai-nilai ini, menurut Dr. Suharno, "menjadi pegangan hidup masyarakat Jawa hingga kini, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari."
Menyimak makna dan keistimewaan upacara adat Ruwatan, kita diajak untuk lebih menghargai kekayaan budaya Indonesia. Selain itu, kita juga diingatkan untuk selalu menjaga keseimbangan dan keharmonisan hidup, serta menghormati alam dan sesama. Sehingga, Ruwatan bukan hanya warisan budaya, tetapi juga petunjuk hidup bagi kita semua.