Luapan Warna dan Tradisi dalam Upacara Adat Tabuik Pariaman

Sejarah dan Makna Upacara Adat Tabuik Pariaman

Upacara Tabuik adalah perayaan tahunan yang berlokasi di Pariaman, Sumatera Barat. Sejarahnya berawal dari seorang sahabat Nabi Muhammad, Sayyidina Husain, yang gugur dalam perang Karbala. "Tabuik adalah simbol penghormatan kepada Sayyidina Husain, yang berarti keranda dalam bahasa Minangkabau," jelas Siti Dewi, seorang antropolog dan peneliti budaya Minangkabau. Upacara ini berlangsung selama 10 hari, dimulai dari tanggal 1 Muharram dan berakhir pada tanggal 10 Muharram atau yang biasa dikenal sebagai hari Tasu’a dan ‘Asyura.

Menurut Dewi, ritual ini berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya nilai-nilai keberanian dan pengorbanan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. "Tabuik juga menjadi sarana komunikasi antar warga. Mereka saling bahu-membahu untuk mempersiapkan upacara ini," tambahnya.

Dalam ritual ini, dua buah Tabuik yang terbuat dari bambu, ijuk, dan kain berwarna-warni, yakni Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa, dibuat dan disiapkan oleh warga. Puncak upacara adalah saat dua Tabuik ini diarak dan kemudian dilemparkan ke laut, simbolisasi roh Sayyidina Husain yang kembali ke alam.

Keragaman Warna dan Tradisi dalam Upacara Tabuik Pariaman

Warna dan tradisi memiliki peran penting dalam Upacara Tabuik. Aspek visual sangat dominan dalam perayaan ini. Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa, keduanya dihiasi dengan warna cerah dan menarik. Warna-warna tersebut mencerminkan semangat dan energi masyarakat dalam merayakan peristiwa ini. "Pemilihan warna dalam Tabuik melambangkan kegembiraan dan antusiasme masyarakat," kata Dewi.

Tradisi lainnya adalah adanya pertunjukan tari-tarian, musik, dan teater dalam perayaan ini. Ada juga prosesi ‘mamancang’, yaitu pengetukan bambu ke tanah oleh dua kelompok pria yang berbeda. "Ini merupakan bentuk lain dari penghormatan dan pengingat akan peristiwa Karbala," tambah Dewi.

Meski memiliki akar yang kuat dalam sejarah dan agama, Upacara Tabuik juga menggambarkan keragaman budaya dan persatuan masyarakat Minangkabau. Perpaduan berbagai elemen ini, menurut Dewi, menjadikan Upacara Tabuik sebagai bentuk unik dari ekspresi budaya Minangkabau.

Upaya pelestarian tradisi ini juga terus dilakukan. Generasi muda Minangkabau diajarkan oleh pendahulunya tentang makna dan tujuan dari Upacara Tabuik. "Pengenalan ini penting untuk memastikan kelangsungan dan pemahaman akan nilai-nilai yang terkandung dalam Tabuik," pungkas Dewi.

Melalui upacara Tabuik, kita diajak untuk mengenang kisah sejarah, merayakan keberagaman budaya, dan menghargai nilai-nilai keberanian dan pengorbanan yang penting bagi kehidupan masyarakat.

Theme: Overlay by Kaira Extra Text
Cape Town, South Africa